BALADA
PUISI 2000
Karya
L. Agus Fatahurrahman
Sebagai bumi, bahasa tak subur lagi
kisahnya seperti kemanusiaan
kadang dihargai sebatas kepentingan.
Makna telah menfosil
dalam endapan kemayaan
Seorang penyair tergagap
Puisi bisu
di antara tanda-tanda angka
di antara rambu ketergesaan
di anatara bahasa tanpa rasa.
Ia mengetuk setiap pintu
berbicara kepada zamannya
“aku adalah kemanusiaan di antara srigala
pada saatnya kerinduan kan
datang jua
sebelum air laut kering
dan pepohonan sirna”
Ia tersipu ketika seorang karibnya
berucap
“indah sekali, tapi maaf aku tak
mengerti”
Puisi telah mengalir
dari keringat yang ditelan
dari rahasia bintang-bintang saat gerhana
dari tatapan mata harapan
untuk bumi dan langit.
Penyair termenung
di depan meja
dengan pena tuanya
Oktober 1991

0 komentar:
Posting Komentar